Langsung ke konten utama

Rumah Adat Lamin Etam Kalimantan Timur

Lamin Etam


Lamin Etam adalah Rumah Dinas Gubernur Kalimantan Timur sekaligus tempat untuk menyambut para pejabat negara yang Alamat: Jl. Gajah Mada, Jawa, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75242.

Sedangkan Kata Lamin Etam adalah sebutan untuk rumah adat dari Kalimantan Timur. Rumah Lamin adalah identitas masyarakat Dayak di Kalimantan Timur yang mempunyai panjang sekitar 300 meter, lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter.
Rumah Lamin merupakan sebagai rumah panggung yang panjang  sambung menyambung dan biasanya rumah ini dihuni oleh beberapa keluarga karena ukuran rumah yang cukup besar. Salah satu rumah Lamin yang berada di Kalimantan Timur bahkan bisa dihuni oleh 12 sampai 30 keluarga.

Ciri Khas

Karena memiliki beberapa ciri khas sangat unik Rumah Lamin umumnya dapat langsung dikenali. Ciri unik seperti banyaknya ukiran-ukiran atau gambar pada badan rumah  yang mempunyai makna bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Timur. Ukiran-ukiran atau gambar pada tubuh rumah Lamin salah satunya adalah untuk menjaga keluarga yang hidup dalam rumah dari bahaya. Bahaya disini karena di masyarakat Dayak pada umummnya mengunakan ilmu-ilmu hitam untuk mencelakai seseorang.

Rumah Lamin selalu dihiasi dengan warna khas untuk menghias badan rumah, yaitu warna warna kuning dan hitam. Namun, tidak hanya dua warna itu yang digunakan untuk menghias rumah Lamin dan setiap warna yang dipakai untuk menghias rumah Lamin selalu mempunyai makna. Warna kuning memberikan gambaran lambang kewibawaan, warna merah menunjukkan lambang keberanian, warna biru mewakili lambang kesetiaan, dan warna putih melambangkan kebersihan jiwa.

Baca Juga
==> https://laminetam.com/
==> https://laminetam.com/
==> https://laminetam.com/

Rumah Lamin dibuat dari kayu. 

Kayu ulin merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk membuat rumah Lamin. Kayu Besi demikian masyarakat Dayak mengenal kayu ulin tersebut. Mitos yang berkembang di masyarakat, apabila kayu ulin terkena air maka kayu ini akan semakin keras. Hal ini terbukti dari lamanya usia rumah Lamin yang dibuat dengan menggunakan kayu ulin. Hanya saja, saat ini masyarakat sudah mulai kesulitan untuk menemukan kayu ini di hutan.
Patung-patung atau totem biasanya selalu memenuhi halaman rumah Lamin. Patung-patung atau totem ini merupakan gambaran dewa-dewa yang dipercaya oleh masyarakat Dayak untuk penjaga rumah dari bahaya. Rumah Lamin selalu dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruangan dapur, ruangan tidur, dan ruang tamu.

Ruang tidur terletak bersusun rapi saru baris dan umumnya masing-masing keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut menempati 1 ruang tidur. Ruang tidur lelaki dan ruang tidur perempuan  biasanya terpisah kecuali jika sang lelaki dan perempuan sudah menikah .
Untuk menerima tamu dan juga untuk pertemuan adat, masyarakat adat Dayak menggunakan Ruang tamu. Ruang tamu adalah ruangan kosong yang sangat Panjang dan lurus.
Karena bentuk rumahnya yang tinggi biasanya bagian luar rumah Lamin, ada sebuah tangga yang digunakan untuk masuk ke dalam. Bentuk dan model tangganya hampir di semua rumah masyakarat dayak sama, baik pada rumah Lamin yang dihuni masyarakat Dayak kelas menengah ke atas maupun masyarakat Dayak kelas menengah ke bawah. Di bagian bawa rumah Lamin biasanya tidak dibiarkan nganggur tapi digunakan untuk memelihara ternak.

Bentuk

Lamin Etam berbentuk persegi panjang dan memiliki atap yang berbentuk seperti pelana. Rumah ini mempunyai tinggi kurang lebih 3 meter dari tanah. Rumah Lamin memiliki lebar kurang lebih 15-25 meter dan panjang 200-300 meter.
Rumah Lamin dibangun dengan beberapa tiang penyangga untuk menopang rumah. Tiang-tiang penyangga rumah Lamin dibagi atas dua bagian. Tiang penyangga inti adalah tiang yang menyangga atap rumah Lamin. Tiang penyangga lainnya adalah tiang yang menopang lantai-lantai rumah lamin. Tiang-tiang ini berbentuk seperti tabung.
Pintu masuk rumah Lamin dihubungkan dengan beberapa tangga sebagai jalan masuk ke dalam rumah. Pada halaman depan rumah Lamin terdapat patung-patung atau totem yang dibuat dari kayu.
Pada bagian tengah rumah ada sebuah tiang besar yang dibuat dari kayu yang berfungsi untuk mengikat ternak atau hewan peliharaan. Bagian ujung atap rumah Lamin dihiasi dengan kepala Naga yang terbuat dari kayu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Majalah

Majalah adalah publikasi, biasanya publikasi berkala, yang dicetak atau diterbitkan secara elektronik (kadang-kadang disebut sebagai majalah online). Majalah umumnya diterbitkan dengan jadwal reguler dan berisi beragam konten. Mereka umumnya dibiayai oleh iklan, dengan harga pembelian, dengan berlangganan prabayar, atau kombinasi dari ketiganya. Definisi Menurut definisi, sebuah halaman majalah dengan masing-masing terbitan mulai dari halaman tiga, dengan ukuran standar adalah 8 3⁄8 in × 10 7⁄8 in (210 mm × 280 mm). Namun, dalam arti teknis jurnal memiliki pagination terus menerus di seluruh volume. Jadi Business Week, yang memulai setiap masalah baru dengan halaman satu, adalah sebuah majalah, tetapi Journal of Business Communication, yang melanjutkan urutan pagination yang sama sepanjang tahun tak berbatas, adalah jurnal. Beberapa publikasi profesional atau perdagangan juga ditinjau oleh rekan sejawat, misalnya Jurnal Akuntansi. Publikasi akademis atau profesional non-peer-revi...

Samarinda

Samarinda adalah ibu kota provinsi Kalimantan Timur di pulau Kalimantan. Kota ini terletak di tepi Sungai Mahakam dengan luas tanah 718 km2. Ini adalah kota terpadat di seluruh pulau Kalimantan, dengan perkiraan populasi 842.691, naik dari 726.223 pada Sensus 2010. Meskipun merupakan ibu kota Kalimantan Timur, beberapa lembaga pemerintah seperti Kepolisian, Angkatan Darat Indonesia Distrik VI Tanjung Pura, dan Pelabuhan Indonesia (Transportasi Pelabuhan) juga berlokasi di kota ini. Samarinda dikenal karena ampang makanan tradisionalnya, serta kain sarung samarinda. Kota ini juga memiliki jembatan yang menghubungkan tepi sungai, Jembatan Mahakam. Pusat kota di satu sisi dan sisi lain bernama Samarinda Seberang. Sejarah Pada awal Perang Gowa, Belanda di bawah komando Laksamana Speelman menyerang Makassar dari laut. Sementara itu, sekutu lokal Belanda Arung Palaka memimpin serangan darat. Kerajaan Gowa terpaksa menyerah dan Sultan Hasanuddin diminta menandatangani Perjanjian Bongaja...